|Handled|With|Love|



Secawan Kopi - Sekapur Sirih. ----- /// Mengapa memulai dengan kapur dan sirih, jika cawan dan kopi serasi mengawali hari.
Biar sejenak hitam, pahit ber'ekstraksi, maka candu muntahkan ide dan energi.

Saturday, January 25, 2014

FENTOOZLER (Fail Project)

Jadi ceritanya waktu jaman putih abu punya band pop punk religi (saya tak pernah bisa menentukan genre apa yg kami mainkan, maklum masa SMA adalah fase paling labil dalam pertumbuhan. Bahkan untuk menentukan genre band sendiri). Kita gabung berlima, ada Kahfi yg punk tulen, ada saya yg paling labil antara nge-band atau solo (ini serius, iya serius), ada walet (bukan ager-ager) yg melodic banget, ada Yuda sama Yogi yg idem idem aja.

Sebelum ini saya sempat berkali-kali bikin band sejak SMP, tapi bareng mereka berempat rasanya paling 'serius', at least hampir seriuslah.. Dari awal ngumpul kita udah langsung nentuin nama, sempat pake nama 'Flashback', setelah jalan beberapa bulan kita baru sadar, kalo kita ga punya masa lalu yg catchy buat di flash, jadi menurut kita nama itu kurang Filosopic. Akhirnya nemu lagu Blink 182(ga tau album mana) judulnya Fentoozler. Tanpa denger lagunya(karena memang ga perlu lagunya) langsung saya sodorin buat nama baru band, dan jadilah. 

Filosopi dipikir nanti kalo udah tenar.

Beres urusan nama, kita mulai menentukan misi band, kita pengen rekaman, punya demo yg isinya lagu kita sendiri. Maka tercapailah...dan B.U.B.A.R.

Setelah hampir 6 tahun kita berlima terpencar menjadi partikel-partikel kecil di antara ratusan juta individu di Indonesia, tiba-tiba malam itu dahaga akan berjingkrak bersama mereka mengganggu jumat malam saya. Mungkin ini reaksi lagu kami dulu yg tak sengaja saya putar kembali. Saya tak mungkin mengumpulkan mereka berempat dalam waktu singkat secara komplit, beberapa dari kita tersebar di tanah berbeda dengan kesibukan masing-masing.

***

Tapi saya bisa ciptakan teman-teman punk saya kembali, hanya saja dalam skala lebih kecil


Dan saya siap untuk sebarkan pesan kerinduan ini ke alam bawah sadar mereka..


A photo posted by Adi Saputra (@adipoyok) on

Orang-orang bijak di sepanjang jalan berkata "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit". Kita memang salah meletakkan visi band kita terlalu datar hanya pada titik demo album. Setelah itu begitu mudah tercapai, kita kehilangan hasrat untuk berjingkrak. Tapi saya pribadi sebenarnya tak pernah bermimpi menjadi seorang musisi, bahkan saya tak punya mimpi. Bermusik hanya hobi, seseru apa memainkan musik yg saya dengarkan.


Dan semoga pesan kerinduan ini, mampu mengulik memori kita lebih jauh lagi..jangan berakhir di tong sampah teman-teman punk.

||o||

Tentu saja ini personal. Seluruh konten dalam blog ini tidak dibuat untuk menyenangkan pembacanya. Penulis tidak mengajak anda untuk sepakat dengan persepsi sebelah mata yang ia tulis. Penulis juga tidak mengajak anda untuk melirik dari sisi yang sama di waktu yang sama. Dan ia tidak sedang mencoba menghipnotis anda untuk ikut larut dalam suasana hatinya yang tidak teratur dalam tulisannya yg ngelantur. Seluruh paragraf, gambar, dan visual bergerak yang hadir di sini adalah kepuasan personalnya.


Arsip